Sebagai seorang santri yang baru
tinggal melewati satu tahun di asrama, mungkin terlalu cepat untuk menyimpulkan
hal -hal tentang pesantren, tapi karena sudah kebelet pengen nulis dan janji
saya di cerita sebelumnya, maka saya tulis mengenai penyakit-penyakit umum dipesantren (menurut saya) yang dirangkum
menjadi 3 yang diurut dari yang paling ringan sampai yang paling parah, yaitu:
- Penyakit Kulit
Kamar yang
apek dan kamar mandi yang jorok tentu akan menguarkan aroma yang mengundang
para bibit penyakit ga tau diri untuk datang dengan sendirinya, yang kamar
mandi itu nantinya bakal dipakai buat nyuci, mandi dan bersih-bersih. Niatnya
mau mandi malah kana penyakit kulit. Memang susah dimengerti dimana agama
mengatakan bahwa kebersihan sebagaian dari iman, tetapi para kader mubaligh
(pendakwah) sendiri tak bisa melaksanakan apa yang sudah dikoar-koarkan oleh
para ustad, ataupun para kyai. Saya mah percaya saja kalau yang mbudeng itu
santri-santri yang jarang mandi (sampai dakinya masuk telinga) yang merasa
bahwa kitab-kitab yang mereka bawa itu cuma buat dibaca, dihapal doang tanpa merasa
itu ilmu musti diamalkan, malah mungkin mereka pikir mereka tak butuh ilmu yang
sudah disediakan oleh para ustad.
Penyakit kulit ini, walau cuma gatel-gatel
doang tidak bisa dianggap remeh, karena pasti bakal menyebar dengan cepat,
menilik kehidupan santri yang selalu bersama dengan temannya dan kebiasaan
meminjamkan barang, bahkan ada yang bilang bahwa tidak bisa disebut seorang
santri jika belum kena kudisan. Penyakit ini bukan hanya ada di
pesantren-pesantren lama, tapi di pesantren baru juga. Contohnya, tempat dimana saya belajar sekarang yang masih
berumur jagung sudah pernah terjadi wabah scabies (kalau pengen tahu tanya mbah
google) dan alhamdulillah berhasil dimusnahkan berkat piket asarama yang lebih
intensif dan penyuluhan tentang pentingnya mandi dan menguras air bak (dua ini
yang jadi sumber scabies)
- Ghosob
Mungkin bagi sebagian
santri nama ini sudah tak asing lagi. Ghosob adalah meminjam barang orang lain tanpa izin. Ini kelakuan
barang lama yang rata-rata menjadi cap bagi pesantren-pesantren, baik modern,
klasik, baru ataupun lama. Sulit dilakukan penanganan khusus untuk penyakit
yang satu ini, karena yang dibutuhkan adalah keberanian untuk jujur dan selalu
merasa dilihat Allah SWT. Tentunya hal ini tidak bisa dipaksakan kepada setiap
individu, dan yang bisa dilakukan hanyalah pengarahan dan pembiasaan.
Saya pribadi
sudah kehilangan lebih dari lima pasang sendal dan sebelah sepatu (jadi yang
sebelahnya lagi hanya bisa nongkrong di loker sepatu). Belum lagi sergam yang
hilang. Dan barang yang balik pun biasanya kembali dengan keadaan yang
memprihatinkan. Bahkan ustad-ustadnya pun pernah dighosob sendalnya. Parah
memang. Mengapa penyakit moral ini ada diatas penyakit kulit? Saya yakin ga
perlu dijelaskan karena insyaallah yang baca udah pada pinter.
- Homo
Saya sendiri
awalnya sedikit ragu-ragu menulis tentang hal yang cukup tabu ini. Tapi memang
inilah yang pasti penah terjadi disebuah pesantren, bahkan di sebuah pesantren
baru seperti tempat yang sekolah sekarang. Penyakit ini mungkin ada karena iman
yang sangat tipis dan pengolahan emosi yang tidak dewasa. Di pesantren saya pernah ada seorang santri
baru yang punya segudang perilaku buruk. Setelah agak lama, ketahuan tuh anak
memang homo. Mengapa bisa tahu kalau anak ini homo? Karena dia NGAKU DIDEPAN
USTAD DAN ORANG SEANGKATAN BAHWA DIA HOMO. Bagai duri dalam daging, ditahun
kedua dia dibuang.
Dah, saya
gak bisa nulis lebih banyak lagi tentang hal ini, karena memang pada dasarnya
saya tidak homo. Sorry kalau ga puas bacanya, yang saya tulis hanyalah apa-apa
yang terjadi disekitar saya dan yang saya pikirkan. Insyaallah ga ada yang
dilebih-lebihkan.
Wassalamu’alaikum
wr.wb